1. Status Aktivitas Matahari
Aktivitas Matahari hingga 4 Juni 2017 masih relatif tenang tanpa ada kejadian badai Matahari. Lubang korona (coronal hole) kecil yang berada di sekitar ekuator Matahari sudah mulai menutup. Sementara bintik Matahari (sunspot) AR 2661 mulai bergeser ke tengah seiring rotasi Matahari.
Lubang korona adalah kawasan di korona (mahkota) Matahari yang lebih dingin dibanding sekelilingnya karena aktivitas medan magnetik Matahari di sini sangat rendah. Sehingga memungkinkan partikel-partikel proton dan elektron dari Matahari terlepas ke angkasa sebagai angin Matahari pada kecepatan dua kali lipat di atas normal. Sementara bintik Matahari adalah kawasan di 'permukaan' (fotosfera) Matahari yang lebih dingin dibanding sekitarnya akibat terlilitnya garis-garis gaya magnetik Matahari di sini sehingga menyembul membentuk busur tak kasat mata. Sebuah bintik Matahari dapat saja pecah dan melepaskan kilatan (flare). Ia bisa diiringi dengan bobolnya area korona diatasnya dan melepaskan banjir partikel proton dan elektron dalam jumlah jauh lebih besar ketimbang angin Matahari, sehingga dikenal sebagai badai Matahari.
2. Potensi Aktivitas Matahari Ke Depan
Bintik Matahari AR 2661 saat ini masih tetap berukuran 'kecil' dan hanya berpotensi melepaskan badai Matahari kelas C (dalam skala dari yang terkecil ke terbesar adalah C, M hingga X). Rotasi Matahari akan membuatnya tepat menghadap ke Bumi pada minggu depan dan perjalanan waktu bisa saja membuat ukurannya bertambah besar.
3. Status Geomagnetik Bumi Saat ini
Terhitung dalam zona waktu WIB, untuk tanggal 4 Juni 2017 nilai indeks Kp bervariasi mulai dari 1 hingga 4 (pada skala dari yang terkecil hingga yang terbesar adalah 1 hingga 9). Seluruhnya masih di bawah 5 sehingga menunjukkan Bumi dalam kondisi normal tanpa adanya peristiwa badai geomagnetik. Indeks Kp sempat meningkat hingga mencapai nilai maksimal 4 pada 4 Juni 2017 pukul 00:00 WIB akibat paparan angin Matahari. Namun sejak itu mulai menurun kembali.
Potensi terjadinya badai geomagnetik aktif (yakni dengan Kp = 4) dalam 24 jam ke depan bagi kawasan lintang menengah adalah 35 %. Sementara dalam 24 hingga 48 jam ke depan adalah kecil, yakni hanya 10 %. Sebaliknya untuk kawasan yang sama potensi terjadinya badai geomagnetik minor (yakni dengan Kp = 5) dalam 24 jam mendatang adalah 20 % dan dalam 24 hingga 48 jam mendatang adalah hanya 1 %.
4. Analisis Singkat
Satu metode pengukuran arah kiblat yang paling populer adalah metode kompas magnetik. Metode ini berbasis pada kompas magnetik sebagai instrumen utama untuk menunjukkan arah utara-selatan. Kompas bekerja berdasarkan garis-garis gaya magnetik Bumi yang menjulur dari kutub-kutub magnetis Bumi.
Saat terjadi peristiwa badai Matahari, terutama yang mampu membobol area korona dan menghasilkan terlepasnya sejumlah massa korona (CME/coronal mass ejection), saat tiba di Bumi maka partikel-partikel tersebut akan berinteraksi dengan garis-garis gaya magnetik Bumi dan menghasilkan badai geomagnetik. Salah satu implikasinya adalah terciptanya medan magnet artifisial yang akan mengganggu garis-garis gaya magnet Bumi. Sehingga arah jarum kompas dapat bergeser hingga beberapa derajat dari normalnya. Pergeseran ini membuat kompas magnetik tak bisa dijadikan pedoman, meski hanya untuk sementara waktu hingga durasi badai geomagnetik berakhir.
Dengan nilai indeks Kp saat ini berada di bawah 5, maka Bumi pada saat ini tidak mengalami badai geomagnetik yang signifikan. Sehingga pengukuran arah kiblat dengan metode kompas magnetik dapat diselenggarakan. Dengan catatan sepanjang tetap mematuhi prosedur pengukuran arah kiblat dengan kompas magnetik yang dapat dilihat di sini.
5. Kesimpulan
Pengukuran arah kiblat dengan metode kompas magnetik dapat diselenggarakan pada hari ini dan besok sepanjang tetap mematuhi prosedur pengukuran arah kiblat dengan kompas magnetik.
Referensi :
NOAA. 2017. Current Space Weather Conditions, Planetary K-index. NOAA Space Weather Prediction Center.
Sudibyo. 2011. Sang Nabi pun Berputar, Arah Kiblat dan Tata Cara Pengukurannya. Surakarta: Tinta Medina, cetakan pertama.